Thursday, September 28, 2017

Yadah!

"Bersyukur(lah)!"

Kata, perintah, saran, yang sering kali dikumandangkan oleh orang orang kepada orang orang yang lain. Aku salah satunya.

Sebelum hari ini, aku belum mengerti isi kedalaman hati dari 'syukur' itu sendiri. Jika syukur itu hidup dan dia punya hati, mungkin dia akan bilang "Tolong mengertilah isi hatiku". Bersyukur bukan cuma ucapan terima kasih atas apa yang kita terima tapi jauh lebih dalam dari itu, ucapan terima kasih atas apa yang kita beri, kita korbankan, kita lepaskan.

Mampukah kamu bersyukur saat kamu kehilangan? Mampukah kamu bersyukur saat kamu harus melepaskan seseorang yang kamu sayangi? Mampukah kamu bersyukur saat semua tidak sejalan dengan rencanamu? Karena syukur diuji saat semua itu terjadi. Karena syukur juga adalah iklas yang dibungkus oleh sukacita, diisi dengan iman dan pengharapan kepada Tuhan.

Pernah suatu ketika, salah seorang kenalanku mengeluh karena beberapa masalah dihidupnya. Saat itu aku berpesan "Bersyukurlah! Lihat sisi positifnya saja." dan karena kalimatku itu kami jadi tidak enakan. Karena dalam posisinya dia, aku menjadi terlihat 'omong doang'. Padahal saat itu aku merasa kondisiku jauh lebih sulit, jauh lebih tidak enak dibanding kondisinya. Bahkan saat itu aku tidak tau hal apa yang bisa ku syukuri, selain dari nafas untuk aku hidup.

Bagiku, hidup tidak mudah. Tapi aku bisa rasakan syukur hidup di hidupku. Bahkan dia semakin hidup saat kesukaran datang.

Ciciku pernah bilang "Kesukaran diizinkan Tuhan terjadi supaya kita bisa mengenal Tuhan, bukan dari kata orang." Aku tau bahwa kesukaranku belum seberapa dibanding yang Cici sudah alami tapi dari kesukaranku ini, aku semakin mengerti apa maksud kalimat Cici saat itu.

Aku tidak mau bilang masalahku lebih besar sehingga aku menulis ini, tapi aku menulis apa yang sedang aku pelajari. Supaya ketika aku membacanya lagi, aku ingat bahwa aku pernah mengalaminya. Karena menulis juga hal yang bisa aku syukuri.

Tuesday, September 26, 2017

Ahava

Beberapa waktu lalu, aku mengirim pesan di whatsapp kepada salah satu saudariku.

"Nanti kalau ketemu Yesus, kakak mau peluk Dia eraaaat banget. Sampai lama. Kalau bisa, ga mau dilepas lagi"

Rindu yang sebenarnya tidak bisa ku tahan lagi, sekarang mendidih disini. Di darahku.

Aku tau, jika menulis ini. Beberapa diantara pembaca akan menganggapku aneh. Tapi, bukankah setiap orang yang jatuh cinta memang terlihat aneh? Aneh dengan caranya sendiri sendiri.

Aku sungguh ingin menulis ini. Uap uap dari rinduku yang mendidih. Sebagai bukti bahwa saat ini aku bergelora.

Hatiku terus bertanya, "Tuhan sayang, kapan kita ketemu?" Dan aku tidak pernah mendengar jawaban apa apa. Tapi hatiku seperti tau harus berbuat apa, bersabar dan berpengharapan penuh. Walaupun kepalaku terus menyajikan logika logikanya. 

Aku bukan orang yang punya karunia audio visual, penglihatan atau indra ke 6. Aku mengasihi Tuhan dengan iman.

Aku ingin melihat betapa mulianya Dia. Memegang tangannya, menghitung jari jariNya. Menatap mataNya. Membelai senyumNya. Merasakan detak jantungNya. Menyatu tanpa jarak dan cela.

Ada kekhawatiran dibenakku, jangan jangan aku tak kuat menjaga hatiku, menjaga hidupku. Dagingku lemah. Karena Dia sungguh amat kudus dan untuk memelukNya, akupun harus kudus.

Aku tidak tau cara lain untuk menunggu selain berjuang dan berharap sekali lagi. Mungkin, ini yang disebut 'sangkal diri dan pikul salib'. Menyenangkan hati kekasih. Supaya ketika saat itu tiba, aku memperoleh senyum yang termanis dan mahkota kehidupan maha indah.

Sunday, August 20, 2017

I am a Proud Daughter



I love to called you "mother", Ma. I really thank God to have you as my mother.

Aku sungguh ingin menulis ini : Aku sangat diberkati karena Mama. I am a proud daughter!

Mungkin mama tidak akan pernah baca tulisan ini karena beliau tidak punya sosial media, tetapi biarlah ini menjadi bukti dari apa yang selalu ingin aku bilang tetapi tidak mampu diucapkan, dan dunia menjadi saksinya. 

Mama adalah wanita yang lembut. Hatinya besar banget. Sabar luar biasa. Bukan karena dia mamaku tapi karena aku (mau tidak mau) mengenalnya. Dia selalu mengalah, bukan hanya kepada kami anak anaknya tetapi kepada yang lain juga. Kepada saudaranya, paman dan bibiku. Kepada orang tuanya, teman pelayanan, tetangga, bahkan orang yang baru dikenal.

Dia tidak memiliki banyak uang, sehingga sering diremehkan. Dijadikan kambing hitam, tersangka dari masalah masalah. Tetapi mama tetap sabar dan menurutnya itu bukan persoalan.

Dia sering meminta maaf atas kesalahan yang tidak dia perbuat. Atas kesalahan yang dibebankan kepadanya berdasarkan ukuran manusia.

Jika aku pernah bilang "Mama ngeselin", itu bohong. Jika aku pernah bilang "Mama bawel", itu khilaf. Jika aku pernah bilang "Mama ga ngerti aku", itu salah. Aku yang belum mengerti siapa mama saat itu. Aku yang nakal, aku susah diatur, keras. Aku yang salah. 

Pilihannya untuk menjadi penolong buat papaku adalah keputusan yang "tidak bisa ku tulis dengan kata kata". Dia menerima banyak sekali ujian dari itu. Mama mampu melewatinya dan masih melewatinya. Dia sungguh penolong yang setia.

Mama tidak pernah mengajari aku memasak, dia memasak untukku. Mama tidak mengajarku matematika atau bahasa inggris, tapi dia menemaniku belajar (setiap hari) sampai aku lulus SMA. Mama tidak mengajariku berdoa tapi aku selalu melihatnya berdoa. Mama tidak mengajariku berdandan, Mama bilang "cantik itu dari hati".

Begitu banyak judgment yang dilempar kepada Mama. Akupun mengerti bahwa dunia sejahat ini. Tapi dari mamaku, aku belajar bahwa kasih benar benar mengalahkan segalanya.

Aku belum pernah menjadi ibu tetapi dari mama, aku yakin bahwa menjadi ibu tidaklah gampang. Ibu yang sungguh sungguh ibu adalah mulia. Ya!

Tuhan, aku cuma minta berilah kekuatan buat mamaku supaya dia mampu melewati semuanya dengan setia. Menjadi pemenang. Biarlah keindahanMu menjadi bagian kami. Jangan lihat dari apa yang mampu dia beri untukMu tapi lihatlah ketaatannya.

Biarlah setiap air matamu diperhitungkan sebagai mutiara yang indah yang menjadi bagianmu di surga nanti, Ma.

Jesus love you, so do I. 💖

Sunday, August 6, 2017

Tentang Sebuah Pertanyaan

   Beberapa hari ini diusik dengan kata yang terdengar biasa namun sulit ditelusuri, destiny. Apa sih yang dimaksud dengan destiny? Aku bukan ingin menjelaskan, namun bertanya. Kali ini aku ingin menulis pertanyaan pertanyaan di kepalaku yang menari nari tanpa rasa lelah. 

 Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, destiny artinya nasib atau takdir. Tapi sebelumnya aku tidak pernah tau artinya seperti itu. Aku beranggapan bahwa destiny adalah tujuan dari hidupku. Destiny berada di ujung dari akhir hidupku, seperti tujuan akhir dari suatu perjalanan, dimana tujuan itu aku yang tentukan dan mencapainya dengan caraku sendiri. 

  Destiny seperti keinginan ingin menjadi siapa atau apa, itu anggapanku. Memiliki rumah yang indah, misalnya.  Menentukan tempat hidup selama lamanya, surga atau neraka. Ah, ini bahasan yang berat.

  Apakah kalian pernah mendengar atau membaca pernyataan seperti ini : "Life is spirit not nature"? Apa tanggapan kalian? Jika belum pernah, lalu apa yang kalian pikirkan setelah membaca pernyataan tersebut?

  Pernyataan itu seperti berkata bahwa hidup adalah roh bukan tubuh. Memang tanpa roh manusia tidak hidup. Jadi?
Tapi tanpa tubuh manusia juga tidak bisa dikatakan hidup kan? Hmm.

  Aku berpendapat bahwa hidup memang rohani kemudian jasmani. Ada yang pertama dan selanjutnya disusul yang kedua. Apa yang terjadi di alam roh itu yang kemudian termanifestasi ke bumi. Makanya sering mendengar perintah "Ayo aktifkan rohmu!", mungkin tujuannya adalah mengetahui apa yang terjadi di alam roh dan kemudian menyikapinya sehingga yang termanifestasi ke bumi adalah yang baik.

   Kembali lagi ke destiny, jika hidup adalah spirit maka destiny juga spirit. Kemudian itu termanifestasi ke bumi. Jadi, Apa destinymu? Kemana? Ingin menjadi siapa? Menjadi apa? Bagaimana mencapainya? Jadi, destiny itu siapa yang tentukan? Benarkah kita? Atau pencipta?

  Jika kamu sudah tau destinymu, apakah kamu mengalami apa yang aku alami? Misalnya dihalangi dan dicobai untuk mencapainya. Aku berjuang untuk fokus dan tepat pada apa yang aku tuju.

  Sering sekali aku hampir berpindah dari jalan menuju destinyku. Jatuh cinta misalnya. Jatuh cinta yang tidak tepat membuat aku melenceng dari destinyku. Kemudian, untuk jatuh cinta pun aku terlalu hati hati sekarang. Cinta itu buta dan jangan biarkan sesuatu yang buta membawamu berjalan ke arah yang salah.

  Komunitas juga sarana untuk mencapai destiny. Jangan sungkan untuk keluar dari komunitas yang membuatmu jauh dari destinymu. Jangan pula sungkan untuk masuk ke komunitas yang tepat. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Ini bukan pesan, ini kesan.

  Mungkin destiny itu sudah ditetapkan untuk masing-masing orang, hanya kita harus mengetahuinya dengan cara bertanya kepada pencipta.

  Mungkin destiny itu ditetapkan sesuai dengan kepribadian kita dan cara kita menjalani hidup. Ketekunan, ketaatan, kesetiaan, keimanan, kesabaran, dan yang lainnya. Kemudian dimateraikan sebagai hak kita.

   Mungkin destiny setiap orang sama. Hanya tidak semua mau mengetahui dan menjalaninya. Menetapkan destinynya sendiri sesuai keinginannya. Karena mencapai destiny itu seperti memikul salib dan menyangkal diri sendiri. Destiny itu sesuatu yang menabjubkan pasti. Itu imanku.

  Jadi menurutmu destiny itu seperti apa? Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Semua benar dan semua salah.
Tapi mungkin destiny itu ketetapan bukan anggapan. Entahlah. 

Thursday, July 6, 2017

"Kak, Aku Kangen Ketemu Kakak di Gereja"

Pantai Umang Umang, Lampung

Hari ini tak sengaja aku mendengar lautan berdoa "Semoga pantai mengerti mengapa aku tak berhenti mengirim ombak"

Rabu sore dimana kita pernah bercanda tawa. Hari yang seru, katamu. Menjadi hari yang sangat istimewa bagiku.

Sejak saat itu aku tau bahwa mingguku tidak akan sama lagi.
Aku duduk di tempat biasa aku bisa melihat kedua matamu. Tapi kesal, yang bisa ku rasakan hanya rindu.

Aku ingin menerjang batas batasku dan menuju titik dimana kita mampu saling mengerti tanpa harus melakukan apa apa. Titik dimana ketika aku mampu membohongi seluruh dunia tapi tidak kamu.

Mengerti semua yang ingin diungkapkan, tanpa harus  ditulis, dilukis atau dikatakan. Mendengar tanpa harus bersuara. Karena dititik itu aku tau bahwa aku tidak akan pernah kehilangan (kamu).

Ini bukan tentang Tuhan. Tapi Tuhan yang akan melakukannya untukku. Memampukan, entah untuk menjalani atau melupakan. Karena keduanya tidak mudah.

Tuesday, June 20, 2017

Sisa Cinta Kemarin Sore

 Aku masih merasakan sisa cintaku kemarin sore. Aku dan Bapa berpelukan. Aku, terkadang kehabisan cara untuk tetap mendapat perhatianNya, walaupun menurutNya dia terus memperhatikan aku. Entah apa yang salah, caraku mengenalNya atau harapanku yang terlalu besar. Karena Bapa tidak pernah salah, baik caraNya memperkenalkan, caraNya mengasihi maupun setiap yang Dia katakan.

 Seperti yang sudah aku tulis sebelumnya, mengenalNya adalah hal paling indah di hidupku. Walaupun caranya tidak selalu mudah tapi dari setiap kesulitan yang aku jalani, aku kagum akan Dia.

 Tapi, entah kenapa setiap ada kesulitan baru yang datang. Aku pasti dilanda rasa takut. Takut akan hari esok, takut kehilangan, takut dibenci, takut kekurangan, dan takut takut yang lain. Seperti beberapa hari ini. Itulah kenapa aku menulis ini.

 Kesulitan sering membuat aku mempertanyakan siapa Bapa. Berulang ulang. Dan jawabannya selalu sama. Sama seperti jawaban kesulitan pertama yang aku alami dulu. Ah, bodohnya aku. 

 Kali ini jangan bertanya lagi. Simpan aja pertanyaanmu. Percaya saja. Jangan khawatir. Dia tetap Bapa yang sama. Bahkan untuk menjawab kesulitan kesulitan yang masih ada di depan sana.

 Karena hatiku terus menguatkan dan berusaha untuk percaya, pikiranku mulai mengalah. Dia memberikan setiap pertanyaannya kepada hatiku. Kini kepalaku kosong atas pertanyaan pertanyaan bodoh itu, hatiku menyimpannya dan mengeluarkannya saat aku bercerita kepada Bapa. Ya, sama seperti firman yang berkata bahwa dalam duduk tenang terdapat kekuatanku. 

 Saat kepalaku penuh pertanyaan dan ketakutan, aku bahkan tidak dapat berdoa. Oleh karena itu hatiku dengan lapang menerima pertanyaan pertanyaan itu, bahkan memaksa pikiranku untuk memindahkan apa yang sanggup disimpan oleh hatiku. Tidak semuanya. Ya! Sekarang aku selalu berdoa buat apa apa yang ada dihatiku, bukan dipikiranku. Hidup mengajar aku melakukannya. 

 Kemarin saat Bapa memelukku, aku terus berusaha mendapat perhatiannya. Aku berkata bahwa nanti di sorga aku ingin memiliki drum dan memainkan detak jantungNya, hanya agar Dia memelukku lebih kencang. Telingaku menempel tepat di dadaNya, di depan jantungNya dan menikmati kasihNya. 


Monday, June 19, 2017

Sembilan Belas Sore

Hari ini ada Bapa, hidup dan aku. Sudah dari tadi kami hanya saling bertatapan, tanpa bercerita sedikitpun. Padahal kepalaku penuh tanda tanya.

Aku ingin memulai pembicaraan namun sepertinya aku kesal. Tak sanggup untuk tidak marah. Dan ku harap hidup tau, karena Bapa sudah pasti tau. 

Kali ini aku merasa Bapa dan hidup adalah sahabat. Mereka bekerja sama untuk menguji, memurnikan, menghukum, membahagiakan, memberkati, memberi pelajaran dan yang lainnya. Dan aku, bisa kah menjadi team? Team yang solid. Sepertinya tidak. 

Sejak waktu itu, aku selalu berhati hati saat ingin berkata sayang. "Aku sayang kamu" kepada siapapun. Karena mempertanggung jawabkan kata itu sulit menurutku. Dan harapan yang ditimbulkannya dapat berakibat kekecewaan yang begitu besar. Aku pernah mengalaminya. 

Saat itu hidup mengajakku belajar bahwa pengecut dan keparat keparat cinta benar benar ada. Orang yang berkata "I love you" jutaan kali bahkan hilang entah kemana. Panggilan sayang yang diucapkan setiap memanggilku seperti rekayasa. Kebohongan besar. Sekarang dia bahkan lupa siapa aku, mungkin. 

Hari ini hidup mengajakku belajar untuk mempertanggung jawabkan kata sayangku yang kemarin aku ucapkan. Dia mengujiku. Karena sesungguhnya kesetiaan itu tidak tergantung situasi dan kondisi. Dalam kondisi sesulit apapun aku ingin terus sayang pada sayangku yang kemarin. Terlebih, sebelumnya aku sudah dikecewakan. Aku tidak mau orang yang aku sayang kecewa. Tapi, berat. Itu saja. 

Bapa, bukankan Dia tau segalanya? Jadi keparat yang waktu itu ada, Bapa sudah tau? Dan Dia izinkan? Lalu sayangku yang hari ini harus diuji atas rencana siapa? Haruskah aku belajar dengan air mata? Lalu di depan ada apalagi? 

Aku mengasihi Bapa. Sungguh. Dan sayangku ini telah, (mungkin) sedang dan akan diuji. Ujiannya (pasti) berat. Aku bahkan tak mampu menuliskannya. Tapi, aku pasti kuat. Bapa (kan) tau.

Aku memutuskan untuk memulai pembicaraan. Aku memandang Bapa dan cuma berani bilang "Bapa, peluk dong". Hidup hanya tersenyum. 


Wednesday, May 3, 2017

Kehilangan Tidak Pernah Ada

Hidup kali ini membawa aku kepada halamannya yang ditumbuhi tanda tanya tentang kehilangan.

Apa itu kehilangan? Benarkah kita pasti akan kehilangan? Kapan kita benar benar kehilangan? Kenapa ada kehilangan?

Awalnya aku berpikir bahwa kehilangan bukan saat tubuhnya pergi namun saat hatinya meninggalkanmu. Bukan saat jantungnya berhenti namun saat dia hidup tapi sudah bukan untukmu. Bukan saat matanya tertutup selamanya namun saat dia melihat tapi bukan kepada bola matamu.

Ya! Entah siapa, entah apa, tapi yang pasti 'kapan' akan berubah menjadi arti dari kehilangan itu sendiri.

Waktu selalu bisa menjelaskan kapan kamu benar benar sudah kehilangan. Waktu juga yang bisa menemanimu pulih dari setiap kehilangan itu. Jangan biarkan dia bermain terlalu lama. Waktu lebih layak untuk rasa yang lain : 'memiliki'.

Aku sempat takut pada kehilangan. Tidak mau bertemu bahkan mengunci mulut dan telingaku untuk kata itu. Tapi apa dayaku, dia bukan hanya menghampiri tapi mengajak aku belajar. Belajar tentang sesuatu yang tidak aku ingini tapi (mungkin) yang aku butuhkan. Ya begitulah hidup. 

Kali ini aku mengerti satu sisi dari kehilangan. Sisi lain yang sangat berbeda. Bahwa kehilangan hanyalah kata yang diciptakan kepalaku. Dia tidak pernah ada. Karena sesungguhnya aku tidak pernah memiliki apapun selain Dia yang memiliki aku. Dari mana datang kehilangan? Kehilangan datang dari rasa memiliki. Rasa memiliki pada sesuatu yang sebenarnya bukan milikmu, bukan untukmu. Karena apa yang benar benar adalah milikmu akan tetap menjadi milikmu. Kehilangan tidak pernah ada.

Di tengah halaman ini aku sempat terdiam saat bertemu dengan pertanyaan, "Apa yang menjadi milikmu di dunia ini?" Seketika pikiranku membisu. Kemudian hatiku berbisik "tidak ada".

Lalu, apa yang benar untuk dilakukan? Mencintai seperti aku pasti akan kehilangan atau mencintai seperti aku tidak pernah memiliki?

Tuesday, April 18, 2017

Sayang Untuk Bapak

Berawal dari satu pertanyaan :

"Kok kamu sayang banget sih sama Bapak?"

Ya! Dibanding dengan bapak bapak yang lain, bapakku emang belum ada apa apanya. Bahkan minus. Tapi sebenarnya kalau di gali dari sejarah sejarah masa lalu dan ditelusuri sampai ke dasar hati, mungkin nilainya lebih dari bapak bapak yang lain. Yang jelas, I know him so well and please don't judge others. Itu bukan bagian siapapun termasuk aku dan kamu.

Well, (kalau dilihat dari luar) banyak sekali alasan untuk aku boleh membenci bapak. Tapi hatiku menyimpan banyak sekali alasan untuk aku boleh bahkan harus sayang sama bapak dan hatiku selalu menyodorkan alasan alasan itu. Hatiku bukan hanya berbicara namun berteriak, seperti demo pilkada.

Aku sayang sama bapak bukan hanya karena dia orang tuaku tapi karena mengasihi itu bagianku.  (Mungkin) ini salah satu salib. Bukankah kita harus pikul salib? 

Dirumah hanya bapak yang punya kebiasaan merokok. Sudah beribu bahkan berjuta-juta kali aku meminta bapak untuk berhenti namun belum dituruti. Aku tau betapa bapak ingin mengabulkan permintaanku tapi dia berat menahan dagingnya yang sudah kecanduan itu. Adik perempuanku bahkan tidak suka berlama-lama dirumah karena tidak mau menjadi perokok pasif dan dia berkali kali mengeluh, bahkan ingin meninggalkan rumah demi bebas dari asap rokok bapak.

Jika aku bisa, aku mau mengorbankan paru-paruku demi bapak. Memang tidak mudah, tapi jika dengan begitu bapak merasa dikasihi, kenapa tidak? Sudah terlalu banyak yang membenci dia. Menurutku rokok adalah salah satu pelarian saat dia merasa sendiri. Kalau hanya dengan menghisap asap rokoknya tapi aku bisa terus dekat bapak dan membuat bapak merasa dikasihi, menurutku ini harga yang masih bisa dijangkau. 

Aku bahkan mau membayar harga yang lebih mahal jika itu mampu memulihkan hati bapak yang terluka dan mengembalikan setiap sukacitanya yang sudah hilang. Tuhan mampu melakukannya, pasti. Tapi jika bapak mau memintanya dan mau dipulihkan. Masalahnya, malah sebaliknya. Ya ku harap kamu mengerti bagaimana menghadapi orang tua yang selalu merasa benar. Bapak bahkan tidak menyadari kalau dia terluka. Dan "Orang yang terluka cenderung melukai" 

Jangan tanya berapa banyak luka dan kecewa yang aku alami lewat bapak. Tapi aku percaya itu semua mendatangkan kebaikan, asalkan responku benar dan aku tetap mengasihi Tuhan. Ini yang sebisa mungkin terus ku lakukan. Aku tidak tau bagaimana cara mengasihi selain memaafkan dan berdoa. Dan aku mengasihi bapak. Walau seribu luka timbul, semua akan segera sembuh ketika aku membalasnya dengan kasih.

Aku bahkan berpikir bahwa aku adalah pejuang buat keluargaku. Membuat aku semangat untuk membela mereka demi kemerdekaan kami yang sejati.

By the way, aku seolah olah menceritakan keburukan bapak bukan karena aku ingin menyudutkan beliau tapi semata hanya untuk menjawab pertanyaan tadi bahwa mengasihi itu pilihan. Kadang tidak mudah tapi dengan mengasihi aku mengerti apa itu hidup. 

Jika dengan bapak yang memiliki banyak kekurangan seperti bapakku, yang banyak sekali alasan untuk malu karenanya, kamu bertanya kenapa aku sangat mengasihinya. Izinkan aku bertanya, kenapa aku harus membencinya?

Walau dengan segala kekurangan itu bapak tetaplah bapak. Dia mengasihiku walau tanpa sengaja dia melukai. Tapi aku tau, itu tanpa sengaja dilakukannya. Karena bapak memang masih terluka, mungkin luka masa lalu dan tanpa sadar dia melukai orang lain. Aku ada untuk memulihkan luka luka itu, walau tidak mudah setidaknya aku tidak menambah luka luka yang lain.

Dihatiku masih banyak sekali sayang yang tersimpan untuk bapak. Mungkin tak akan habis habis, karena aku merasa jumlahnya terus bertambah. Hatiku penuh. 




Monday, April 17, 2017

Selamat Ulang Tahun, Bapak!

Bapak adalah salah satu yang tidak pernah aku pilih dalam hidupku. Bapak adalah pemberian, bukan pilihan bukan pula kebetulan. Bapak adalah sesuatu yang di rancang Tuhan sedemikian baiknya buat hidupku, begitupun aku buat hidup Bapak. 

Bapakku tidak sesempurna bapak yang dikatakan orang "hebat" itu. Bapak memiliki banyak sekali kesalahan, bagiku dia lemah dan buruk.  

Bapak adalah orang yang paling susah diajak ke gereja di rumah. Dia lebih memilih menghabiskan waktunya ditempat lain, sendiri, daripada pergi ke gereja bersama kami semua. Tapi, bapak adalah orang yang paling mendukung aku untuk mencari Tuhan. 

Jangan tanya berapa kali dia berdoa dirumah, aku bahkan tidak pernah melihatnya berdoa. Mungkin untuk melatih kami memimpin doa, jadi kalau di rumah dia tidak pernah mau memimpin doa.

Bapak bukan orang yang gila bekerja. Padahal dia juga bukan orang yang kaya. Tapi dia mencukupi setiap kebutuhanku, dengan uang yg halal pastinya. Banyak orang yang menganggap dia remeh, apalagi dengan latar belakang pendidikan yang hanya lulusan STM itu.

Sekarang dia hanya seorang petani tapi dulu dia orang kantoran. Orang kantoran yang bisa di bilang "sukses". Di usianya yang masih muda dulu, dia banyak meraih penghargaan, cukup bertalenta dan menginspirasi (Iyalah, mana mungkin bisa ada anak sepintar aku). Tapi itu dulu. 

Aku terlalu sering kecewa karena bapak. Dia membuat banyak masalah dihidupku. Aku bahkan berani bilang bapak adalah beban. Beban yang harus ku tanggung.

Bapak adalah salah satu orang yang mengajar aku bagaimana cara mengasihi walau disakiti. Dia yang mengajar aku bagaimana rasanya berkorban. Dia mengajar aku bagaimana caranya berjuang. Dia mengajar aku mengerti apa itu destiny. Lewat apa? Lewat sakit dan kecewa. Ya begitulah hidup. 

Jika seandainya boleh memilih. Aku akan tetap memilih bapak untuk menjadi bapakku. Karena aku tau bahwa dia adalah bapak yang terbaik yang dirancang Tuhan untukku.


Hari ini, 17 April 2017. "Selamat ulang tahun, Bapak." Dua puluh delapan tahun aku mengenalmu dan aku akan tetap memilih untuk sayang. Aku bersyukur memilikimu, Pak. 

Thursday, April 13, 2017

Takut Jatuh (Cinta)

Matamu yang sedalam mungkin masuk menelanjangi isi hatiku selalu ada di kedua mataku, tak lepas lepas.

Senyummu yang semanis madu lengket pada lidahku dan membuat mataku buta pada rasa yang lain selain terpesona

Kakimu yang tungkai melangkah ke dalam jiwaku membuat jantungku menari dan menyalurkan api ke seluruh tubuhku. Asmara. 

Jari jarimu yang begitu indah menciptakan nada nada lewat gitarmu, menghiasi jarak antara panggung dan aku. Kagum. Bahkan hening tak mampu lagi untuk diam. Kami ingin bersorak, "Keren! "



Aku takut jatuh cinta. Tapi aku seperti berada di lubang yang dalam. Aku sudah jatuh ternyata.  

Hari hari yang mempertemukan kita menjadi kenangan di cerita hidupku. Dan aku menunggu sejuta hari yang lain dengan cerita cerita indahnya. 

Aku takut jatuh cinta, lalu mengapa menunggu? Entahlah. Aku membangunkan jiwaku tapi hatiku melarangnya. Perang!

Kapan kita bercerita? Jarak sudah letih memisahkan, katanya. Sini duduk disampingku, jika tak mampu bercerita, dengar saja. Atau lihat mataku saja, dia yang akan menjelaskan. 

Ayolah, sudah sudah! 

Aku takut jatuh cinta tapi ada yang tak mampu ku singkirkan dari ingatan : kamu.


Monday, April 10, 2017

Hai, siapa Tuhan bagi kamu?

   Beberapa waktu lalu dalam komselku 'Amore', kami membahas tentang satu pertanyaan. Simple tapi tajam. Kali ini aku ingin menulis tentang ini. Aku disini bukan pikiranku tapi hatiku.

"Apa pandangan kalian tentang Tuhan secara pribadi?"

Bahkan sampai saat ini aku belum menemukan kata yang tepat untuk menggambarkan siapa Tuhan buat hidupku selain "Tuhan".

Katanya Tuhan itu adil. Apakah kamu setuju? Adil dalam versi siapa? Atau coba jelaskan adil itu apa. Menurutku, Tuhan punya ukurannya sendiri untuk 'adil' dan itu yang belum aku mengerti.
Katanya Tuhan itu baik. Bagaimana menurutmu? Lalu, baik itu apa? Untuk 'baik'pun, menurutku Tuhan punya ukurannya sendiri. Bagiku Tuhan bukanlah Tuhan yang memenuhi setiap keinginanku, walaupun itu baik dimataku dan dimata hampir semua orang. Bahkan ketika aku sudah sujud beribu ribu kali, tapi banyak keinginanku yang tidak Tuhan penuhi.
Padahal aku tau dan aku yakin kamupun setuju, Tuhan bahkan mampu melakukan segala hal. Iya kan?

"Apa pandanganku tentang Tuhan secara pribadi?"

Jika sungguh benar harus menjawab pertanyaan ini, aku tidak memiliki cukup kata untuk menjelaskannya. Tapi aku punya banyak air mata yang menyimpan jawaban. Aku punya nafas yang sebenarnya ingin turut menjelaskan. Aku punya jantung yang setiap detaknya menceritakan siapa Tuhan. Terlalu banyak yang aku punya yang dapat menjelaskan siapa Tuhan buat hidupku. Terlalu banyak!

Tuhan itu manis, yang termanis. CintaNya tak terbatas, tak habis habis. Tuhan itu setia, Dia menerima aku apa adanya, sungguh. Tuhan itu selalu punya cara untuk membuat aku mengerti bahwa Dia tidak mampu kehilangan aku.

Tuhan itu romantis. Dia kangenan. Setiap hari menungguku untuk bercerita dan saling mengungkapkan rindu. Tuhan pasti sibuk. Tapi Dia selalu punya waktu untukku. Bahkan aku yang sering membuat Tuhan menunggu terlalu lama hanya untuk kepentinganku yang ga penting.

Tuhan itu keren. Dia bahkan rela mengorbankan hidupnya buat aku, kamu, kita, manusia yang berdosa. Tuhan menjagaku setiap waktu. Dia memisahkan aku daripada yang jahat. Dia tidak pernah rela jika aku jauh. Selalu mau dekat.

Tuhan itu... Dia adalah apa yang aku cari selama ini, selama aku hidup. Dia adalah segalanya. Tuhan adalah Tuhan.

"Apa pandangan kamu tentang Tuhan secara pribadi?"

Pertanyaan ini mengajak kita untuk mengenal Tuhan lebih lagi. Seperti yang aku tulis sebelumnya. Kenal dan menjadi sayang itu pilihan. Kita yang pilih, untuk kenal dan untuk sayang. Ketika seluruh dunia menceritakan tentang 'siapa Tuhan' tapi pilihan tetap pada kita. Mau mengenal Tuhan sungguh sungguh atau hanya lewat kata orang atau bahkan tidak mau kenal.

Buat hidupku, mengenal Tuhan itu istimewa. Aku melewati banyak hal suka maupun duka. Dan lewat semua itu Tuhan memperkenalkan siapa Dia. Yang aku rasakan, semakin aku mengenal siapa Tuhan semakin aku sayang. Semakin aku memilih untuk sayang.

Tentukan pilihanmu. Selamat memilih!

Sunday, April 9, 2017

Kasih Kekasih


Senja kali ini hanya melihat kita bercerita, tanpa bertanya tanpa menyapa. Dia mengerti bagaimana rindu mencintai pertemuan dan membiarkan aku menikmatimu tanpa melewatkan satu detikpun rasa yang dibangun api dalam darahku. Api cinta.

Kekasih, jangan tahan tahan cintamu. Biarkan nyalanya membakar setiap sakit, kecewa, dan apa yang disebut orang patah itu. Lalu membawanya pergi bersama uap dan hilang entah kemana. Bakarlah aku dengan cintamu, bakarlah. 

Seperti biasa kita duduk berhadapan. Kamu seolah olah tidak rela membiarkan aku melewatkan sedetikpun sinar dimatamu dan seyum manis di bawah hidung mancungmu. Sambil terus bercerita bagaimana satu keajaiban bertemu dengan keajaiban yang lain di hidupmu dalam seminggu ini, setiap enam belas menit jarimu membelai alisku. Aneh. Tapi inipun rasanya seperti disayang. 

"Kapan kita doa bareng lagi? Kayak kangen", katamu sambil membelai alis kananku dengan jempol kirimu. "List doanya masih sama? Sudah ada yang Tuhan jawab blm?", tambahmu lagi. 

Sambil menciptakan senyum paling manis di wajahku, aku hanya berani bilang "Yuk, kapan kak? Malam ini bisa kok". Walaupun hatiku berteriak "Kamu! Kamu jawaban doa(ku)!" Tapi, tertahan dibibirku karena pikiranku terus berkata "Mungkin!". 

Aku tidak tau apa yang kamu pikirkan, apa yang kamu rasakan, terutama saat kamu bertanya tentang jawaban dari list doaku. Ini bukan tentang jawabannya, bukan. Tapi apa yang menjadi doa (kita).  Aku hanya bisa merasakan ada sayang yang termanivestasi dari pertanyaanmu itu. Semoga kali ini perasaanku tidak salah (lagi). 

Bagaimana jika kamu tau bahwa dia yang ada di list doaku, di doa kita,  adalah duri yang pernah ada di dagingku. Bagaimana jika dia adalah sumber dari kekecewaan? Bagaimana jika dia adalah terdakwa dari patah itu? Karena yang kamu tau bahwa mereka adalah orang orang yang aku kasihi. 

Kali ini sejujurnya aku ingin kita duduk berdampingan. Aku ingin pinjam bahumu, sekali saja. Aku tidak ingin lelah, sungguh. Tapi kekuatanku seperti habis dan tak mampu untuk bertahan, walau hanya untuk memberi semangat pada jiwaku. Apalagi untuk berpura pura kuat.

Jika melihat matamu membuat jantungku lebih bersemangat, aku ingin melihatnya setiap hari. Karena aku butuh kekuatan untuk terus berdoa. Terima kasih sudah bertanya, kekasih. 

Adakah kecewa yang lebih pahit dari kecewa yang datang dari orang yang paling kamu kasihi, yang kamu doakan setiap hari? Adakah patah yang lebih parah? Adakah? Tapi, aku tidak tau cara mengasihi selain memaafkan, aku tidak tau cara mengasihi selain mendoakan. Aku tidak tau cara mengasihi selain berkorban. Yang aku tau, kasih adalah kasih.

Dan kamu, yang saat ini terus menatap mataku. Kamu lebih dari sekedar kekasih. Kamu yang mampu menemukan seyumku saat dia bersembunyi. Kamu yang selalu bisa memberi semangat saat aku letih lesu. Kamu yang selalu mengingatkan aku apa itu kasih. Kamu kebaikan Tuhan. 

"Hey, senja sudah mau pulang", tiba tiba kamu menunjuk langit orange dan memberi kode bahwa 'hari ini cukup'.
"Tapi bolehkah aku menatap mata indahmu lagi besok?", katamu lagi. Mengalihkan pandanganku saat aku masih berharap bahwa langit akan tetap orange.

"Jawaban doa",  bisik hatiku. 

Thursday, April 6, 2017

Saya Adalah Saya

Halo, saya Ester.

Ini blog baru saya. Yang lama sudah berlalu sesungguhnya yang baru sudah datang. :p

Walau kata orang 'tak kenal maka tak sayang' tapi bagi saya kenal dan (menjadi) sayang itu pilihan. Jadi, terima kasih sudah memilih untuk membaca tulisan ini. Semoga setelah mengenal saya kemudian menjadi sayang. :)

Saya adalah saya. Itu saja. 

Tanggal lahir saya bercerita tentang iman (faith), bulannya melambangkan otoritas Tuhan sebagai penguasa tertinggi (divine power, divine rule, divine authority, God's number) dan tahunnya menceritakan tentang cinta (love). Sedangkan nama saya sendiri mengandung makna 'bintang fajar'. Hey, bantulah saya menyimpulkan arti arti ini. :D

Saya seperti biru dicampur hijau. Tidak tua dan tidak terlalu muda. Suka melody dan detak jantung. Sering ketiduran dan senang mewarnai kuku. (Sangat) manis tapi malas menyisir rambut. Ini kata saya.

Seseorang menilai saya "cuek", tapi seorang yang lain menilai saya "penuh perhatian". Seorang lagi menyebut saya 'pendiam' tapi yang lain malah bilang 'seru abis'. Ya dan tolong jangan percaya siapapun! (Jika mau) kenali saya dengan caramu sendiri, nilailah saya sebagaimana matamu melihat dan hatimu merasakan, karena pada awalnya daya tarik menarik atau tolak menolak antara kamu dan saya tidak akan sama dan tidak akan pernah bisa jika dibandingkan dengan yang lain. Walaupun pada akhirnya, saya adalah saya dan saya adalah sama pada penilaian semua orang yang benar benar mau mengenal saya.

Saya adalah saya. Itu saja.

Setiap kita dapat berubah kapan saja, menjadi apa saja dan ke arah mana saja. Jadi, jangan tanya siapa saya pada masa lalu atau masa depan. Untuk sekarang, tanya hatimu saja. Tanya matamu atau pikiranmu tapi jangan siapapun.

Murni adalah patokan. Bagi saya, hanya yang sudah murni yang tidak akan berubah. Dan saat ini saya sedang menjalani proses pemurnian itu. Mungkin, setelah lulus proses ini, kamu boleh bertanya, karena jawabannya pasti akan sama. Saya adalah saya dan sama pada penilaian semua orang yang tidak mau mengenal maupun yang mau benar benar mengenal saya. Dan saat itu kamu pasti memilih untuk sayang.

Selamat berkenalan!