Aku masih merasakan sisa cintaku kemarin sore. Aku dan Bapa berpelukan. Aku, terkadang kehabisan cara untuk tetap mendapat perhatianNya, walaupun menurutNya dia terus memperhatikan aku. Entah apa yang salah, caraku mengenalNya atau harapanku yang terlalu besar. Karena Bapa tidak pernah salah, baik caraNya memperkenalkan, caraNya mengasihi maupun setiap yang Dia katakan.
Seperti yang sudah aku tulis sebelumnya, mengenalNya adalah hal paling indah di hidupku. Walaupun caranya tidak selalu mudah tapi dari setiap kesulitan yang aku jalani, aku kagum akan Dia.
Tapi, entah kenapa setiap ada kesulitan baru yang datang. Aku pasti dilanda rasa takut. Takut akan hari esok, takut kehilangan, takut dibenci, takut kekurangan, dan takut takut yang lain. Seperti beberapa hari ini. Itulah kenapa aku menulis ini.
Kesulitan sering membuat aku mempertanyakan siapa Bapa. Berulang ulang. Dan jawabannya selalu sama. Sama seperti jawaban kesulitan pertama yang aku alami dulu. Ah, bodohnya aku.
Kali ini jangan bertanya lagi. Simpan aja pertanyaanmu. Percaya saja. Jangan khawatir. Dia tetap Bapa yang sama. Bahkan untuk menjawab kesulitan kesulitan yang masih ada di depan sana.
Karena hatiku terus menguatkan dan berusaha untuk percaya, pikiranku mulai mengalah. Dia memberikan setiap pertanyaannya kepada hatiku. Kini kepalaku kosong atas pertanyaan pertanyaan bodoh itu, hatiku menyimpannya dan mengeluarkannya saat aku bercerita kepada Bapa. Ya, sama seperti firman yang berkata bahwa dalam duduk tenang terdapat kekuatanku.
Saat kepalaku penuh pertanyaan dan ketakutan, aku bahkan tidak dapat berdoa. Oleh karena itu hatiku dengan lapang menerima pertanyaan pertanyaan itu, bahkan memaksa pikiranku untuk memindahkan apa yang sanggup disimpan oleh hatiku. Tidak semuanya. Ya! Sekarang aku selalu berdoa buat apa apa yang ada dihatiku, bukan dipikiranku. Hidup mengajar aku melakukannya.
Kemarin saat Bapa memelukku, aku terus berusaha mendapat perhatiannya. Aku berkata bahwa nanti di sorga aku ingin memiliki drum dan memainkan detak jantungNya, hanya agar Dia memelukku lebih kencang. Telingaku menempel tepat di dadaNya, di depan jantungNya dan menikmati kasihNya.
No comments:
Post a Comment