Bapak adalah salah satu yang tidak pernah aku pilih dalam hidupku. Bapak adalah pemberian, bukan pilihan bukan pula kebetulan. Bapak adalah sesuatu yang di rancang Tuhan sedemikian baiknya buat hidupku, begitupun aku buat hidup Bapak.
Bapakku tidak sesempurna bapak yang dikatakan orang "hebat" itu. Bapak memiliki banyak sekali kesalahan, bagiku dia lemah dan buruk.
Bapak adalah orang yang paling susah diajak ke gereja di rumah. Dia lebih memilih menghabiskan waktunya ditempat lain, sendiri, daripada pergi ke gereja bersama kami semua. Tapi, bapak adalah orang yang paling mendukung aku untuk mencari Tuhan.
Jangan tanya berapa kali dia berdoa dirumah, aku bahkan tidak pernah melihatnya berdoa. Mungkin untuk melatih kami memimpin doa, jadi kalau di rumah dia tidak pernah mau memimpin doa.
Bapak bukan orang yang gila bekerja. Padahal dia juga bukan orang yang kaya. Tapi dia mencukupi setiap kebutuhanku, dengan uang yg halal pastinya. Banyak orang yang menganggap dia remeh, apalagi dengan latar belakang pendidikan yang hanya lulusan STM itu.
Sekarang dia hanya seorang petani tapi dulu dia orang kantoran. Orang kantoran yang bisa di bilang "sukses". Di usianya yang masih muda dulu, dia banyak meraih penghargaan, cukup bertalenta dan menginspirasi (Iyalah, mana mungkin bisa ada anak sepintar aku). Tapi itu dulu.
Aku terlalu sering kecewa karena bapak. Dia membuat banyak masalah dihidupku. Aku bahkan berani bilang bapak adalah beban. Beban yang harus ku tanggung.
Bapak adalah salah satu orang yang mengajar aku bagaimana cara mengasihi walau disakiti. Dia yang mengajar aku bagaimana rasanya berkorban. Dia mengajar aku bagaimana caranya berjuang. Dia mengajar aku mengerti apa itu destiny. Lewat apa? Lewat sakit dan kecewa. Ya begitulah hidup.
Jika seandainya boleh memilih. Aku akan tetap memilih bapak untuk menjadi bapakku. Karena aku tau bahwa dia adalah bapak yang terbaik yang dirancang Tuhan untukku.
Hari ini, 17 April 2017. "Selamat ulang tahun, Bapak." Dua puluh delapan tahun aku mengenalmu dan aku akan tetap memilih untuk sayang. Aku bersyukur memilikimu, Pak.
No comments:
Post a Comment