Wednesday, February 13, 2019

Ke Langit Sore

Rindu. Hanya itu yang ku tau saat mengingatmu.
Tidak akan ada hari yang sama lagi sejak kau memutuskan untuk pergi, walau mungkin akan kembali lagi. Tidak akan sama.

Aku berusaha untuk; hanya mengingat bagaimana caramu meninggalkanku tapi sulit, yang terlintas terus saja cara-caramu membuatku jatuh, jatuh hingga dalam ke cintamu. Aku tak bisa bangkit. Iya kah? Harusnya tidak. Ini hanya ingatan busuk yang sulit kubuang dari kepalaku. Aku sudah lama bangkit dari jurang cinta itu.

Tuan, pernahkah kau mengingatku seperti caraku rindu? Rindu pada wangi rambutmu. Jari yang membelai alisku, pipiku, cubitan cubitan kecil yang sakit.

Tuan, pernahkan terlintas sekali saja. Bagaimana caraku memanggilmu. Memelukmu. Bercanda. Berdebat. Kita mengukirnya manis disini, diingatanku. 

Tuan, benarkah ada sosok yang kau cari itu? Yang sempurna tanpa cela.

Hari ini empat tahun yang lalu. Besok kita akan pergi ke langit sore yang indah. Kau menyiapkan seikat mawar dan coklat berlimpah almond. Aku memasak makanan kesukaanmu. Kita menikmati obrolan tak berbobot, karena sudah kau ulang beribu ribu kali. 

Hari ini jika aku bisa. Aku ingin memelukmu. Mengatakan, "aku rindu, Tuan".

No comments:

Post a Comment