Thursday, September 28, 2017

Yadah!

"Bersyukur(lah)!"

Kata, perintah, saran, yang sering kali dikumandangkan oleh orang orang kepada orang orang yang lain. Aku salah satunya.

Sebelum hari ini, aku belum mengerti isi kedalaman hati dari 'syukur' itu sendiri. Jika syukur itu hidup dan dia punya hati, mungkin dia akan bilang "Tolong mengertilah isi hatiku". Bersyukur bukan cuma ucapan terima kasih atas apa yang kita terima tapi jauh lebih dalam dari itu, ucapan terima kasih atas apa yang kita beri, kita korbankan, kita lepaskan.

Mampukah kamu bersyukur saat kamu kehilangan? Mampukah kamu bersyukur saat kamu harus melepaskan seseorang yang kamu sayangi? Mampukah kamu bersyukur saat semua tidak sejalan dengan rencanamu? Karena syukur diuji saat semua itu terjadi. Karena syukur juga adalah iklas yang dibungkus oleh sukacita, diisi dengan iman dan pengharapan kepada Tuhan.

Pernah suatu ketika, salah seorang kenalanku mengeluh karena beberapa masalah dihidupnya. Saat itu aku berpesan "Bersyukurlah! Lihat sisi positifnya saja." dan karena kalimatku itu kami jadi tidak enakan. Karena dalam posisinya dia, aku menjadi terlihat 'omong doang'. Padahal saat itu aku merasa kondisiku jauh lebih sulit, jauh lebih tidak enak dibanding kondisinya. Bahkan saat itu aku tidak tau hal apa yang bisa ku syukuri, selain dari nafas untuk aku hidup.

Bagiku, hidup tidak mudah. Tapi aku bisa rasakan syukur hidup di hidupku. Bahkan dia semakin hidup saat kesukaran datang.

Ciciku pernah bilang "Kesukaran diizinkan Tuhan terjadi supaya kita bisa mengenal Tuhan, bukan dari kata orang." Aku tau bahwa kesukaranku belum seberapa dibanding yang Cici sudah alami tapi dari kesukaranku ini, aku semakin mengerti apa maksud kalimat Cici saat itu.

Aku tidak mau bilang masalahku lebih besar sehingga aku menulis ini, tapi aku menulis apa yang sedang aku pelajari. Supaya ketika aku membacanya lagi, aku ingat bahwa aku pernah mengalaminya. Karena menulis juga hal yang bisa aku syukuri.

Tuesday, September 26, 2017

Ahava

Beberapa waktu lalu, aku mengirim pesan di whatsapp kepada salah satu saudariku.

"Nanti kalau ketemu Yesus, kakak mau peluk Dia eraaaat banget. Sampai lama. Kalau bisa, ga mau dilepas lagi"

Rindu yang sebenarnya tidak bisa ku tahan lagi, sekarang mendidih disini. Di darahku.

Aku tau, jika menulis ini. Beberapa diantara pembaca akan menganggapku aneh. Tapi, bukankah setiap orang yang jatuh cinta memang terlihat aneh? Aneh dengan caranya sendiri sendiri.

Aku sungguh ingin menulis ini. Uap uap dari rinduku yang mendidih. Sebagai bukti bahwa saat ini aku bergelora.

Hatiku terus bertanya, "Tuhan sayang, kapan kita ketemu?" Dan aku tidak pernah mendengar jawaban apa apa. Tapi hatiku seperti tau harus berbuat apa, bersabar dan berpengharapan penuh. Walaupun kepalaku terus menyajikan logika logikanya. 

Aku bukan orang yang punya karunia audio visual, penglihatan atau indra ke 6. Aku mengasihi Tuhan dengan iman.

Aku ingin melihat betapa mulianya Dia. Memegang tangannya, menghitung jari jariNya. Menatap mataNya. Membelai senyumNya. Merasakan detak jantungNya. Menyatu tanpa jarak dan cela.

Ada kekhawatiran dibenakku, jangan jangan aku tak kuat menjaga hatiku, menjaga hidupku. Dagingku lemah. Karena Dia sungguh amat kudus dan untuk memelukNya, akupun harus kudus.

Aku tidak tau cara lain untuk menunggu selain berjuang dan berharap sekali lagi. Mungkin, ini yang disebut 'sangkal diri dan pikul salib'. Menyenangkan hati kekasih. Supaya ketika saat itu tiba, aku memperoleh senyum yang termanis dan mahkota kehidupan maha indah.