Sunday, August 20, 2017

I am a Proud Daughter



I love to called you "mother", Ma. I really thank God to have you as my mother.

Aku sungguh ingin menulis ini : Aku sangat diberkati karena Mama. I am a proud daughter!

Mungkin mama tidak akan pernah baca tulisan ini karena beliau tidak punya sosial media, tetapi biarlah ini menjadi bukti dari apa yang selalu ingin aku bilang tetapi tidak mampu diucapkan, dan dunia menjadi saksinya. 

Mama adalah wanita yang lembut. Hatinya besar banget. Sabar luar biasa. Bukan karena dia mamaku tapi karena aku (mau tidak mau) mengenalnya. Dia selalu mengalah, bukan hanya kepada kami anak anaknya tetapi kepada yang lain juga. Kepada saudaranya, paman dan bibiku. Kepada orang tuanya, teman pelayanan, tetangga, bahkan orang yang baru dikenal.

Dia tidak memiliki banyak uang, sehingga sering diremehkan. Dijadikan kambing hitam, tersangka dari masalah masalah. Tetapi mama tetap sabar dan menurutnya itu bukan persoalan.

Dia sering meminta maaf atas kesalahan yang tidak dia perbuat. Atas kesalahan yang dibebankan kepadanya berdasarkan ukuran manusia.

Jika aku pernah bilang "Mama ngeselin", itu bohong. Jika aku pernah bilang "Mama bawel", itu khilaf. Jika aku pernah bilang "Mama ga ngerti aku", itu salah. Aku yang belum mengerti siapa mama saat itu. Aku yang nakal, aku susah diatur, keras. Aku yang salah. 

Pilihannya untuk menjadi penolong buat papaku adalah keputusan yang "tidak bisa ku tulis dengan kata kata". Dia menerima banyak sekali ujian dari itu. Mama mampu melewatinya dan masih melewatinya. Dia sungguh penolong yang setia.

Mama tidak pernah mengajari aku memasak, dia memasak untukku. Mama tidak mengajarku matematika atau bahasa inggris, tapi dia menemaniku belajar (setiap hari) sampai aku lulus SMA. Mama tidak mengajariku berdoa tapi aku selalu melihatnya berdoa. Mama tidak mengajariku berdandan, Mama bilang "cantik itu dari hati".

Begitu banyak judgment yang dilempar kepada Mama. Akupun mengerti bahwa dunia sejahat ini. Tapi dari mamaku, aku belajar bahwa kasih benar benar mengalahkan segalanya.

Aku belum pernah menjadi ibu tetapi dari mama, aku yakin bahwa menjadi ibu tidaklah gampang. Ibu yang sungguh sungguh ibu adalah mulia. Ya!

Tuhan, aku cuma minta berilah kekuatan buat mamaku supaya dia mampu melewati semuanya dengan setia. Menjadi pemenang. Biarlah keindahanMu menjadi bagian kami. Jangan lihat dari apa yang mampu dia beri untukMu tapi lihatlah ketaatannya.

Biarlah setiap air matamu diperhitungkan sebagai mutiara yang indah yang menjadi bagianmu di surga nanti, Ma.

Jesus love you, so do I. 💖

Sunday, August 6, 2017

Tentang Sebuah Pertanyaan

   Beberapa hari ini diusik dengan kata yang terdengar biasa namun sulit ditelusuri, destiny. Apa sih yang dimaksud dengan destiny? Aku bukan ingin menjelaskan, namun bertanya. Kali ini aku ingin menulis pertanyaan pertanyaan di kepalaku yang menari nari tanpa rasa lelah. 

 Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, destiny artinya nasib atau takdir. Tapi sebelumnya aku tidak pernah tau artinya seperti itu. Aku beranggapan bahwa destiny adalah tujuan dari hidupku. Destiny berada di ujung dari akhir hidupku, seperti tujuan akhir dari suatu perjalanan, dimana tujuan itu aku yang tentukan dan mencapainya dengan caraku sendiri. 

  Destiny seperti keinginan ingin menjadi siapa atau apa, itu anggapanku. Memiliki rumah yang indah, misalnya.  Menentukan tempat hidup selama lamanya, surga atau neraka. Ah, ini bahasan yang berat.

  Apakah kalian pernah mendengar atau membaca pernyataan seperti ini : "Life is spirit not nature"? Apa tanggapan kalian? Jika belum pernah, lalu apa yang kalian pikirkan setelah membaca pernyataan tersebut?

  Pernyataan itu seperti berkata bahwa hidup adalah roh bukan tubuh. Memang tanpa roh manusia tidak hidup. Jadi?
Tapi tanpa tubuh manusia juga tidak bisa dikatakan hidup kan? Hmm.

  Aku berpendapat bahwa hidup memang rohani kemudian jasmani. Ada yang pertama dan selanjutnya disusul yang kedua. Apa yang terjadi di alam roh itu yang kemudian termanifestasi ke bumi. Makanya sering mendengar perintah "Ayo aktifkan rohmu!", mungkin tujuannya adalah mengetahui apa yang terjadi di alam roh dan kemudian menyikapinya sehingga yang termanifestasi ke bumi adalah yang baik.

   Kembali lagi ke destiny, jika hidup adalah spirit maka destiny juga spirit. Kemudian itu termanifestasi ke bumi. Jadi, Apa destinymu? Kemana? Ingin menjadi siapa? Menjadi apa? Bagaimana mencapainya? Jadi, destiny itu siapa yang tentukan? Benarkah kita? Atau pencipta?

  Jika kamu sudah tau destinymu, apakah kamu mengalami apa yang aku alami? Misalnya dihalangi dan dicobai untuk mencapainya. Aku berjuang untuk fokus dan tepat pada apa yang aku tuju.

  Sering sekali aku hampir berpindah dari jalan menuju destinyku. Jatuh cinta misalnya. Jatuh cinta yang tidak tepat membuat aku melenceng dari destinyku. Kemudian, untuk jatuh cinta pun aku terlalu hati hati sekarang. Cinta itu buta dan jangan biarkan sesuatu yang buta membawamu berjalan ke arah yang salah.

  Komunitas juga sarana untuk mencapai destiny. Jangan sungkan untuk keluar dari komunitas yang membuatmu jauh dari destinymu. Jangan pula sungkan untuk masuk ke komunitas yang tepat. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Ini bukan pesan, ini kesan.

  Mungkin destiny itu sudah ditetapkan untuk masing-masing orang, hanya kita harus mengetahuinya dengan cara bertanya kepada pencipta.

  Mungkin destiny itu ditetapkan sesuai dengan kepribadian kita dan cara kita menjalani hidup. Ketekunan, ketaatan, kesetiaan, keimanan, kesabaran, dan yang lainnya. Kemudian dimateraikan sebagai hak kita.

   Mungkin destiny setiap orang sama. Hanya tidak semua mau mengetahui dan menjalaninya. Menetapkan destinynya sendiri sesuai keinginannya. Karena mencapai destiny itu seperti memikul salib dan menyangkal diri sendiri. Destiny itu sesuatu yang menabjubkan pasti. Itu imanku.

  Jadi menurutmu destiny itu seperti apa? Tidak ada yang benar dan tidak ada yang salah. Semua benar dan semua salah.
Tapi mungkin destiny itu ketetapan bukan anggapan. Entahlah.